Kamis, 20 Agustus 2020

Festival Zhong Yuan (中元節 Zhongyuan Jie) Biasa di Sebut Sembahyang Rampas

Festival Zhong Yuan (中元節 Zhongyuan Jie)

Sebentar lagi menjelang perayaan ini, karena kalangan Tionghoa


Kalbar siap-siap melakukan ziarah atau sembahyang ke makam keluarga yang sudah tiada. Seperti diketahui, tradisi ziarah makam Kalbar tidak seperti di daerah lain yang hanya 1x setahun. Di Kalbar tradisinya 2x setahun. 1x pada saat Cengbeng (Qingming Jie), 1x pada saat Zhongyuan Jie. Bagi yang ingin tahu apa itu Zhongyuan, silakan baca.

Festival ini dalam bahasa Hokkien atau Teociu disebut Perayaan TiongGuan. Nama lainnya adalah Cioko. Orang Hakka menyebutnya ChiongSiKu, karena ada ritual merebut sesajen yang sebenarnya disediakan kepada para arwah yang tidak disembahyangi oleh keluarganya. Cio atau Chiong arti literalnya "merebut". Tidak heran ada yang salah kaprah menyebutnya "Sembahyang Rampas atau Rebut", sebutan yang sebenarnya sangat tidak tepat. Sebaiknya tetap gunakan sebutan aslinya. Masih ada sebutan lain untuk tradisi perayaan ini di kalangan Tionghoa, yaitu 鬼節 (Gui Jie, Festival Hantu) karena ada kaitannya dengan ritual arwah, yaitu menjamu atau menyembahyangi arwah-arwah yang dipercayai terlantar karena tidak ada keluarga yang menyembahyanginya lagi. Tak heran ada juga yang memberi sebutan "Festival Hantu Kelaparan" (Hungry Ghost Festival).

Festival ini merupakan salah satu tradisi dalam kebudayaan Tionghoa. Meski demikian, ritual ini lebih dikaitkan sebagai hari raya Taoisme Zhongyuan dan juga Buddhisme Ulambana.

Perayaan ini jatuh pada setiap tanggal 15 bulan 7 kalender Imlek (Tionghoa), sehingga disebut Chit nyiet Pan oleh orang Hakka. Dalam tradisi, bulan ke-7 Imlek dikenal sebagai "Bulan Hantu" karena ada kepercayaan bahwa dalam masa satu bulan ini, pintu alam baka terbuka dan hantu-hantu didalamnya boleh bebas keluar ke alam manusia. Karena itu pada pertengahan bulan 7 diadakan perayaan dan sembahyang sebagai penghormatan agar arwah-arwah itu senang dan tidak mengganggu. 

Tradisi ini berasal dari kebiasaan masyarakat agraris pada zaman dahulu yang bermula dari penghormatan kepada leluhur serta dewa-dewa supaya panen yang biasanya jatuh di musim gugur bisa diberkati. Adanya pengaruh Buddhisme memunculkan kepercayaan mengenai hantu-hantu kelaparan (makhluk Preta) yang perlu dijamu ketika hadir di dunia manusia.

Dalam Buddhisme, tradisi ini disebut sebagai Ulambana, yang juga dirayakan dan eksis dalam kebudayaan Jepang, Vietnam dan Korea. Namun, Ulambana tidak dapat diartikan langsung sebagai Festival Hantu dan/atau sebaliknya. 

Terlepas dari semua mitologi religius di atas, hikmah dari perayaan ini sebenarnya adalah penghormatan kepada leluhur dan penjamuan fakir miskin. Pada hari itu diadakan pembacaan parita dan sesajen untuk roh-roh gentayangan yang tidak berkeluarga atau yang ditelantarkan oleh keluarganya. Itulah sebabnya muncul sebutan "Sembahyang Rebutan" (Cioko/ChiongSiKu), karena setelah perayaan selesai, barang-barang sesajen (makanan yang dipersembahkan), boleh diperebutkan oleh fakir miskin. Dan prosesi ini kini menjadi atraksi yang menarik.

Tentang Ritual Ulambana (Pinyin: Yu Lan Pen Hui), sebenarnya merupakan sebuah ritual yang diadopsi oleh Buddhisme Mahayana di China dari upacara Zhongyuan yang dilakukan umat Taoisme. Latar belakang yang diambil oleh Buddhisme Mahayana adalah kisah mengenai Buddha Sakyamuni yang menolong salah satu siswanya, yaitu Maudgalyayana (Mu Lian), yang hendak menolong ibunya yang terlahir di alam peta. Kisah tersebut tertuang dalam Ullambana Sutra. 

Ulambana merupakan salah satu hari suci umat Buddhis yang dirayakan pada tanggal pertama hingga ke-15 Kalender Imlek. Pada hari tersebut, para Bhikkhu Sangha sedang menjalankan masa Vassa (meditasi selama Musim Hujan berlangsung). Setelah menjalankan masa tersebut, banyak bhikkhu yang dipercayai mengalami peningkatan spritual sehingga menjadi dianggap baik untuk menanam kebajikan. Umat Buddha yang memberikan persembahan kepada mereka akan memperoleh karma baik lebih besar daripada biasanya. Umat juga bisa melimpahkan jasa kebajikan yang diperoleh dari persembahan tersebut untuk roh leluhur mereka serta makhluk-makhluk yang menderita di alam peta (alam hantu kelaparan).

Tahun 2020 ini ZhongYuan Jie jatuh pada tanggal 2 September.
Demikian serba-serbi ZhongYuan Jie. Semoga bermanfaat. 

Disarikan oleh HK dr berbagai sumber.

Welliam Tjung

Sabtu, 09 Mei 2020

SEJARAH PERANG TASIKELA(PERANG MINAHASA-SPANYOL)

PERANG TASIKELA (Perang Minahasa - Spanyol)

Kisah heroik Orang Minahasa Menaklukkan Kolonial Spanyol

Kisah ini terjadi seputar tahun 1651 – 1664, ketika Orang Minahasa (OM) menghadapi musuh bersama, yakni Spanyol (dikenal orang Kastela) yang berusaha untuk menjadikan tanah Minahasa sebagai daerah koloni alias daerah jajahan. Berdasarkan catatan sejarah, perang yang berlangsung selama satu dekade lebih, berdasarkan data historis dan diakui oleh nara sumber yang berkompeten, dimenangkan oleh para Waranei-waraney  Minahasa (pasukan adat/milisi), di mana orang-orang Kastela (Spanyol) tersebut berhasil dipukul mundur dan lari ke Filipina.

Peristiwa OM melawan Spanyol pernah dikomentari oleh Pastor J. Van Passen (dosen filsafat ST Filsafat Pineleng Minahasa), dikatakan “terjadinya perlawanan orang Minahasa terhadap pasukan Spanyol, karena adanya golongan Mestizos yang telah menjadi ‘provokator’ mengobarkan perang mengusir Spanyol dari Minahasa di tahun 1664 tersebut. Golongan Mestizos adalah orang Minahasa keturunan Portugis-Spanyol (lihat Wenas 2000:45; Sinolungan 2002; Supit 2004:163; Kusen 2007).

Demikian juga isu kekalahan Spanyol pernah dikemukakan oleh Ketua Umum Komunitas Sejarah Indonesia (KSI)/Ketua Badan Sensor Film Indonesia (BSF) Dr. Muklis Paeni pada acara Temu Guru-Guru Sejarah se-Sulawesi Utara pada tahun 2010 lalu dihadapan ahli-ahli sejarah nasional, salah satunya adalah Prof.Dr AB Lapian, dikatakan “salah satu suku di Asia yang pernah mengalahkan bangsa Spanyol adalah suku Minahasa”.

Perang “TASIKELLA” merupakan perang modern bersejarah di mana dunia mencatat bahwa bangsa Minahasa kala itu adalah bangsa Asia pertama yang mengalahkan bangsa barat kulit putih SPANYOL dan PORTUGIS yang merupakan negara adidaya di zaman modern (bukan perang konvensional memakai pedang dll seperti saat bangsa Mongol menguasai dunia dibawah Genghis Khan)

Perang TASIKELLA merupakan perang moderen pertama di Hindia Timur. Karna kekalahan dalam perang TASIKELLA sehingga bangsa SPANYOL terdesak dan mundur dari Hindia Timur dan menduduki FILIPINA.

Bangsa MINAHASA adalah Bangsa yang paling di takuti oleh PENJAJAH pada zaman itu, bahkan MINAHASA dahulu hingga sekarang tidak pernah di JAJAH oleh siapapun, seperti kerajaan disekitarnya yaitu kerajaan Ternate, Bolmong, Spanyol, Portugis bahkan Jepang dan Belanda yang menjadi sekutu MINAHASA
http://welliamtjung1990.blogspot.com/Sejarahperangtasikela

Sejarah Zhong Kui

☯️Zhong Kui (钟馗)  🙏🙏🙏
adalah Sang Dewa Neraka Pemburu Setan yang menurut legenda dari tiongkok (China) dipercaya sebagai penguasa neraka dan tugasnya adalah memburu para setan-setan.

Zhong Kui (钟馗) menurut masyarakat tiongkok adalah seorang tokoh penting yang saat dia menjelma menjadi manusia dan pernah hidup di dalam zaman dinasti Tang Xuangzong (唐玄宗) pada tahun 712 sampai 756 Masehi.

Legenda Zhoung Kui masih kerap diyakinin serta dipercaya oleh masyarakat China sampai zaman sekarang. Selain memburu setan dan roh jahat, beliau juga turut membasmi arwah penasaran. Sering kali ia disebut sebagai Dewa pembasmi kejahatan dari alam bawah neraka. Selama eksistensinya di bumi Dewa Zhoung Kui diceritakan tinggal di lembah Gunung ZhongNan, Provinsi Yongzhou.

Menurut legenda, Zhoung Kui memiliki penampilan fisik yang jelek dan buruk rupa. Ia dilahirkan dengan kepala seperti macan panther, wajah hitam gosong, kumis keriting melengkung, dan mata seperti cincin bacan.

Walaupun begitu, dia adalah sosok pemuda yang berbakat dan terpelajar. Zhoung Kui tidak takut pada kejahatan dan sesuatu ancaman yang berbau sadis. Dia adalah orang yang menjunjung tinggi keadilan, memiliki talenta yang hebat serta berhati baik. Saat awal pemerintahan Kaisar Xuanzong dari Tang, beliau turut ikut ujian beasiswa kenegaraan di ibukota.

Namun sayang sekali karena pada saat penilaian ujian berlangsung, seorang pejabat negara bernama Lu Qi hanya menilai Zhoung Kui berdasarkan penampilannya saja. Bahkan dia berusaha menjatuhkan Zhoung Kui di depan Kaisar. Padahal pemimpin dari juri istana sangat memuji kepintaran Zhoung Kui karena semua jawaban esai yang ditulisnya memiliki isi yang bagus dan berkualitas tinggi.

Meskipun begitu Zhoung Kui berhasil memperoleh gelar 'Zhangyuan' yang merupakan penghargaan tertinggi dalam ujian kenegaraan pegawai negeri sipil berkat keterampilannya. Sayangnya, tak lama kemudian gelar tersebut diambil oleh Kaisar sendiri dengan alasan lagi-lagi karena wajahnya yang buruk rupa. Akibatnya, Zhoung Kui merasa sangat kecewa dan dia mengakhiri hidupnya dengan cara membenturkan kepalanya ke dinding istana sampai remuk.

Dalam kepercayaan Tiongkok Kuno, kematian Zhoung Kui diklasifikasikan sebagai 'Ying Gui' (setan atau roh penasaran) karena bunuh diri sosok Ying Gui dikatakan tidak akan pernah bisa reinkarnasi kembali ke dunia dan tetap dalam siklus berulang berupa penderitaan dan siksaan.

Di akhirat, Kaisar Langit bisa melihat potensi dalam diri Zhoung Kui karena memang beliau sangat cerdas bahkan sampai bisa meraih penghargaan tertinggi dalam ujian kenegaraan, tapi karena beliau melakukan bunuh diri yang merupakan dosa besar maka ia dikutuk masuk ke dalam neraka.

Namun Zhoung Kui diberikan gelar sebagai Raja Neraka atau dewa penguasa neraka, jabatan tertinggi di akhirat oleh Sang Kaisar Langit (Raja Segala Dewa). Tugas utamanya adalah menangkap roh-roh gentayangan serta setan jahat. Ia juga mengepalai 85 ribu pasukan hantu yang setia dan siap kapan saja ia perintah.

Sosok Zhoung Kui sangat populer di masyarakat selama masa pemerintahan Kaisar Xuangzong dari Dinasti Tang. Ketika sang Kaisar Xuangzong sakit keras, beliau bermimpi melihat 2 hantu yaitu hantu kecil yang membuat kacau seluruh istana dan hantu besar yang menangkap hantu kecil dan menelannya. Hantu besar tersebut bernama Zhoung Kui.

Saat Kaisar Xuangzong bangun dia merasa sehat kembali. Lalu dia memerintahkan orang untuk menggambar lukisan Zhoung Kui berdasarkan gambar mimpinya dan menggantung lukisan tersebut. Lukisan ini diyakini menjadi suatu benda sakral yang mampu mengusir segala energi yang jahat.

Pada zaman dulu, orang akan memasang lukisan Zhoung Kui hanya pada malam tahun baru saja, namun sekarang mereka memasang setiap Festival Perahu Naga yang jatuh pada tanggal 5 bulan Lunar 5 dirumah mereka atau memberikannya sebagai hadiah cindera mata.

Namun dalam catatan sejarah Dinasti Tang ternyata tidak ada orang bernama Zhoung Kui, yang ada hanyalah akar tanaman yang bernama Zhoung Kui. Akar tanaman ajaib ini diyakini mampu menangkal energi jahat atau sebagai tanaman penolak bala seperti kiriman santet, tulah penyakit dan wabah kematian. Dan mungkin ini ada hubungannya dengan sosok Dewa Zhoung Kui, dimana kesaktian roh nya menjelma pada setiap akar tanaman Zhoung Kui.